Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Filsafat Hinduisme Yoga

1.    Pendahuluan
Ada banyak jalan untuk mencapai kebenaran tertinggi. Jalan yang berbeda-beda itu tampakanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebuah penyatuan tertinggi antara Atman dengan Brahman. Kita lahir berulang kali untuk meningkatakan perkembangan evolusi jiwa. Dan masing-masing dari kita berada pada tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Karena itu tiap orang disiapkan untuk tingkat pengetahuan spiritual yanag berbeda pula. Semua jalan rohani yang ada di dunia ini penting karena ada orang-orang yang membutuhkan ajarannya. Penganut suatu jalan rohani dapat saja tidak memiliki pemahaman lengkap tentang sabda Tuhan dan tidak akan pernah selama masih berada dalam jalan rohani tersebut.

Jalan rohani itu merupakan sebuah batu loncatan untuk pengetahuan yang lebih lanjut. Setiap jalan rohani memenuhi kebutuhan rohani yang mungkin tidak dapat dipenuhi oleh jalan rohani yang lain. Tidak satupun jalan rohani yang memenuhi kebutuhan semua orang di segala tingkat. Saat satu individu masih tingkat pemahamannya tentang Tuhan dan perkembangan dalam dirinya, dia mungkin merasa tidak terpenuhi oleh pengajaran jalan rohani sebelumnya dan mencari jalan rohani yang lain untuk mengisi kekosongannya. Bila hal itu terjadi, maka orang tersebut telah meraih tingkat pemahaman yang lain dan akan merindukan kebenaran serta pengetahuan yang lebih luas, dan kemungkinan lain untuk tumbuh.
Dengan demikian kita tidak berhak untuk mencerca jalan rohani yang lain. Semua berharga dan penting di mata-Nya. Ada pemenuhan sabda Tuhan, akan tetapi kebanyakan oaring tidak meperolehnya di sini untuk bisa meraih kebenaran, kita perlu mendengarkan roh dan melepas ego kita. Dan Yoga sebagai salah satu jalan yang bersifat universal adalah salah satu jalan rohani dengan tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan kemapuan spiritual seseorang. Secara historis, aliran yoga yang paling penting dalam Hinduisme adalah sistem klasik dan Patanjali.

2.    Filsafat Yoga
a.    Pengertian Filsafat Yoga
Yoga berasal dari bahasa Sanskerta berarti "penyatuan", yang bermakna "penyatuan dengan Sang Pencipta".  Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas tapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan.  Yoga secara harfiah berasal dari suku kata “yuj” yang memiliki arti menyatukan atau  menghubungkan diri dengan Tuhan. Kemudian Patanjali memberikan definisi tentang yoga yaitu mengendalikan gerak-gerak pikiran.  Ada dua hal yang penting sebagai seorang praktisi yoga adalah melatih secara terus menerus sekaligus tidak terikat dengan hal-hal duniawi. Secara spiritual Yoga merupakan suatu proses di mana identitas jiwa individual dan jiwa Hyang Agung disadari oleh seorang yogi, Yogi adalah orang yang menjalani yoga, orang yang telah mencapai persatuan dengan Hyang Agung.
Jiwa manusia dibawa kepada kesadaran akan hubungan yang dekat dengan sumber realitas (Hyang Widhi). Seperti setitik air yang bersatu dengan air di samudra. Yoga adalah ketenangan hati, ketentraman, keahlian dalam bertingkah laku, Segala sesuatu yang terbaik dan tertinggi yang dapat dicapai dalam hidup ini adalah Yoga juga, Yoga mencakup seluruh aplikasi yang inklusif dan universal yang mengantar kepada pengembangan / pembangunan seluruh badan, pikiran dan jiwa.
Kata Yoga artinya hubungan. Hubungan antara rokh berpribadi dengan rokh yang universal yang tidak berpribadi. Dalam hal ini Rsi Patanjali mengartikan yoga sebagai penghentian gerakannya pikiran.
Ajaran Yoga adalah anugrah yang luar biasa besarnya dari Rsi Patanjali kepada siapa saja yang melaksanakan hidup kerokhanian. Ajaran ini merupakan bantuan kepada mereka yang ingin menginsyafi kenyataan adanya roh sebagai azas yang bebas, bebas dari tubuh indrinya dan pikiran yang terbatas.
Yoga sebagai cara untuk menguasai pikiran, agar supaya kesadaran yang biasa diganti dengan yang luar biasa, sebagai bukti bahwa orang telah mendapat pengalaman mistis yang sungguh-sungguh, telah dikenal orang India sejak zaman kuna. Di zaman yang kemudian yoga menghubungkan diri dengan aliran agama dan filsafat yang bermacam-macam, atau mungkin lebih tepat dikatakan, bahwa tiap aliran mencoba memberikan dasar yang teoritis kepada yoganya.
Yoga dalam gerakannya berorientasi menciptakan suasana batin yang tenang untuk mencapai atau menyatu-nya ruh individu dan ruh universal. Muara dari orientasi tersebut adalah kedamaian batin yang merupakan landasan dari kebahagiaan manusia. Yoga mengajarkan ketenangan dalam menyikapi permasalahan atau konflik yang terjadi antara individu. Yoga menjawab permasalahan dalam cabang filsafat etika tentang apa yang menyebabkan kebahagiaan manusia.
Yoga merupakan  implementasi dari etika dalam filsafat. Perkembangan yang terjadi dewasa ini, yoga yang ada saat ini berbeda dengan yoga pada awal kemunculannya. Dewasa ini, yoga memiliki ribuan aliran, namun terdapat 9 (Sembilan) aliran yang disesuaikan dengan kebutuhan manusia, antara lain Jnana Yoga, Karma Yoga, Bhakti Yoga, Yantra Yoga, Tantra Yoga, Mantra Yoga, Kundalini Yoga, Hatha Yoga dan Raja Yoga. Beberapa diantara aliran yoga tersebut berorientasi pada proses penenangan hati dan dapat menjadi pengobatan alternatif. Namun yang sekarang banyak dipakai adalah Hatha Yoga atau penyatuan melalui penguasaan tubuh dan nafas secara olah fisik.
Sistem filsafat yang dipakai untuk mendasari sistem yoga terang diambil dari ajaran Sankhya. Sebab juga yoga mengajarkan bahwa :
    Benda dan roh adalah kenyataan terakhir dari segala sesuatu ( prakrti dan purusa)
    Bahwa jumlah purusa adalah banyak sekali
    Bahwa alam semesta dialirkan satu sumber, yaitu prakrti
    Keduapuluh lima azas yang diajarkan oleh sankhya, yaitu purusa dan prakrti dengan perkembangannya dari mahat hingga anasir kasar ( mahat, buddhi, ahamkara, manas, buddhendrya, karmendriya, tanmatra, dan mahabhuta) diterima juga oleh yoga, sekalipun dengan perubahan sana-sini.
Konsepsi yang paling penting di dalam sistem yoga adalah citta. Citta dipandang sebagai hasil pertama dari perkembangan prakrti, yang meliputi juga ahamkara dan manas. Jadi yang dimaksud dengan citta ialah gabungan buddhi, ahamkara, dan manas.

b.    Tokoh Filsafat Yoga
Tokoh pertama dari filsafat yoga adalah Rsi Patanjali yang menulis dalam karyanya Yoga Sutra pada abad yang kelima masehi. Beliau pendiri sistim ajaran yoga, walaupun unsur-unsur ajarannya sudah ada sebelum karya tulis ini. Kemudian muncullah buku-buku komentar atas ajaran beliau seperti Byasa-bhasya tulisan Byasa Nitti tulisan Bhojaraja dan lain-lain.
Komentar-komentar ini menguraikan ajaran-ajaran yoga Rsi Patanjali yang ditulis dalam kalimat-kalimat pendek yang padat isinya. Pada kira-kira tahun 650-850Waysa menulis keterangan tentang isi buku Rsi Patanjali dengan memberikan tekanan kepada permenungan.

c.    Isi Kitab Yoga Sutra
Yoga terdiri dari empat kitab dan tiap orang boleh memilih beberapa diantara yang empat itu sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing yaitu :
    Bakthi yoga yaitu dengan sujud bakti, dengan rasa cinta yang mendalam kepada Tuhan.
    Karma yoga yaitu dengan melakukan kewajiban-kewajiban dan perbuatan-perbuatan baik,dengan ikhlas tanpa pamrih.
    Jnana yoga yaitu dengan jalan pengetahuan atau filsafat, tetapi yang dimaksud semula adalah pengetahuanyang berdasarkan intuisi.
    Raja yoga yaitu dengan jalan mistik, yang terdiri dari beberapa tahap yang disebut dengan Assatangga Yoga. Ini merupakan jalan yang paling sulit yang hanya cocok bagi orang yang berbakatuntuk menjalankan tapa.
3.    Etika Yoga
Dalam filsafat yoga maka yoga berarti penghentian kegoncangan-kegoncangan pikiran. Ada lima keadaan pikiran itu. Keadaan pikiran itu ditentukan oleh intensitas sattwa, rajas dan tamas. Kelima keadaan pikiran itu ialah:
a.    Ksiptaartinya tidak diam-diam
Dalam keadaan ini pikiran diombang ambingkan oleh rajas dan tamas dan ditarik-tarik oleh objek indranya dan sarana-sarana untuk mencapainya. Pikiran melompat-lompat dari satu objek ke objak yang laint tanpa mengaso pada satu objek
b.    Mudha artinya lamban dan malas
Ini disebabkan oleh pengaruh tamas yang menguasai alam pikiran. Akibatnya orang yang alam pikirannya demikian cenderung lebih bodoh, senang tidur dan sebagainya.
c.    Wiksipta artinyabingung, kacau.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh rajas. Karena pengaruh ini pikiran mampu mewujudkan semua objek dan mengarahkannya kepada kebajikan, pengetahuan dan sebagainya. Ini merupakan tahap pemusatan pikiran pada suatu objek namun sifatnya sementara sebab akan sisusul lagi oleh kekuatan pikiran.
d.    Ekagra artinya terpusat.
Disi citta terhapus dari cemarnya rajas sehingga sattvalah yang kuasa atas pikiran. Ini merupakan awal pemusatan pikiran pada suatu objek yang memungkinkan ia menetahui alamnya yang sejati sebagai persiapan untuk menghentikan perobahan-perobahan pikiran.
e.    Niruddha artinya terkendali.
Dalam tahap ini berhentilah semua kegiatan pikiran, hanya ketenanganlah yang ada.
Ekagra dan Niruddha merupakan bantuan dan persiapan untuk mencapai tujuan akhir yaitu kelepasan. Ekagra bila berlangsung terus menerus disebut samprajnata yoga atau mediasi yang dalam yang padanya ada perenungan kesadaran akan suatu objek yang terang.
Ada empat macam samprajnana yoga menurut jenis obat renungannya, keempat jenis itu ialah :
a.    Sawitarka ialah bila pikiran itu dipusatkan pada suatu objek benda kasar seperti arca dewa atau dewi.
b.    Sawicara ialah bila pikiran itu dipusatkan pada suatu objek yang halus yang tidak nyata seperti tanmatra.
c.    Sananda ialah bila pikiran itu dipusatkan pada suatu objek yang halus seperti rasa indranya.
d.    Sasmita ialah bila pikiran itu dipusatkan pada asmita yaitu anasir rasa aku yang biasanya rokh menyamakan dirinya dengan ini.
4.    Astangga Yoga
Ajaran sankhya yoga mengatakan bahwa kelepasan itu dapat mencapai melalui pandangan spiritual pada kebenaran rokh sebagai suatu daya hidup yang kekal yang berbeda dengan badan dan pikiran.
Pandangan spiritual seperti tersebut diatas ini hanya dapat dimiliki bila pikiran itu bersih. Tenang tak digoncangkan oleh apapun juga. Untuk meningkatkan kebersihan pikiran itu yoga mengajarkan adanya 8 jalan yang bertahap-tahap yang disebut astangga yoga yaitu :
a.  Yama, yaitu dilarang melakukan kekerasan (himsa), berbohong, mencuri, seks bebas, rakus, iri hati.
b.  Niyama, yaitu anjuran menjaga kebersihan lahir batin, lingkungan, kesederhanaan, bersyukur selalu untuk apa adanya, rajin belajar dan setia pada pasangan hidup, guru, orang tua, negara, dan seterusnya.
c. Asana, yaitu pelatihan atau posisi posisi hatha-yoga menyeluruh yang meliputi gerakan-gerakan sambil berdiri, duduk, berbaring dan juga secara akrobatis demi menjaga otot-otot persendian, organorgan bagian dalam dan luar tubuh.
d. Pranayama: Pernafasan yang dilatih secara sistematis, baik secara individual maupun berkelompok.
e. Pratihara: memusatkan pikiran dan perhatian ke dalam diri, membatasi diri dari berbagai rangsangan-rangsangan duniawi yang mengikat dan negatif melalui berbagai panca indra kita.
f. Dharana: memusatkan perhatian pada suatu hal dalam kehidupan ini, 6-7-8 harus dibawah guru spritual yang handal dan non pamrih.
     g. Dhyana: meditasi ke arah ketenangan.
h. Samadi: pencerahan spritual akan hakekat diri manusia itu sendiri dan hubungannya dengan Sang Pencipta.
Kandungan metafisika dan etika dalam dunia filsafat sangat mengena jika melihat 8 (delapan) prinsip dasar dari yoga. Prinsip-prinsip tersebut mengarah pada hubungan antara jiwa (spiritual) yang dikelola melalui raga untuk mencapai ketenangan batin dalam meraih kebahagiaan.


5.    PENUTUP
 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Yoga sebagai sebuah cara atau jalan untuk mengendalikan pikiran yang terobyektifkan serta kecendrungan alami pikiran dan mengatur segala kegelisahan-kegelisahan pikiran agar tetap tak terpengaruh sehingga bisa mencapai penyatuan antara kesadaran unit dan kesadaran kosmik.
Astangga yoga merupakan tahapan-tahapan yang harus dijalankan bagi seseorang yang ingin meningkatkan kualitas spiritual. Astangga Yoga berarti delapan tahapan yang harus dilaksanakan dalam beryoga. Bagian-bagian dari Astangga Yoga yaitu Yama (pengendalian), Nyama (peraturan-peraturan), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Prathyahara (menarik semua indrinya kedalam), Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), DHYANA(mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merialisasikan diri).
Aplikasi dari ajaran  Astangga Yoga di jaman Kali Yuga ini masih sangat minim. Hal itu disebabkan karena jaman globalisasi membuat pola pikir seseorang untuk benar-benar berniat mengamalkan ajaran ini masih cukup rendah. Jika kita telusuri apa yang disebut Yoga oleh orang-orang moden sangat jauh berbeda dari sistem Yoga aslinya. Saat ini orang-orang hanya fokus mempraktekkan tingkatan Raja Yoga yang ketiga dan yang keempat, yaitu Asana (sikap duduk) dan Pranayama (teknik pernapasan) dan semata-mata hanya untuk alasan kesehatan, umur panjang bahkan meningkatkan nafsu birahai semata. Walaupun secara material bermanfaat, namun mereka tidak memahami tujuan utama dari sistem Yoga itu sendiri.
Pada dasarnya Yoga berarti penghubungan atau pengaitan jiva individual dengan Yang Maha Kuasa, dengan kata lain tujuan utama dari sistem Yoga adalah untuk menghubungkan diri kita yang rendah dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, bukan semata-mata hanya untuk kepentingan kesehatan dan hal-hal material lainnya. Dengan demikian syarat utama yang dimiliki oleh seorang calon praktisi Yoga adalah kepercayaan akan adanya Tuhan. Seorang yang atheis tidak bisa mengikuti sistem ini. Kalaupun dia mengikutinya, dia hanya akan mentok sampai pada tingkatan asana dan pranayama yang tujuannya hanya sebatas kesehatan fisik. Disamping itu, seorang praktisi Yoga juga harus memiliki dasar moral dan disiplin tinggi. Meskipun dikatakan bahwa selama kita ada dalam tubuh manusia, tidak perduli berapa umur kita, jenis kelamin dan kondisi fisik, namun tanpa dasar moral yang baik dipastikan seseorang tidak akan pernah bisa menapak sistem Yoga. Karena itulah dua tingkatan pertama memelihara sifat kejam, suka mabuk dan kejahatan-kejahatannya otomatis.
























Daftar Pustaka
Adiputra, I Gede Rudia “Tattwa Darsana” Jakarta : Yayasan Dharma sarathi 1990
Ali, Matius “ Filsafat India” Tangerang : Sanggar Luxor 2010
Hadiwijono, Harun “ Sari Filsafat India” Jakarta : Gunung mulia 1985
Manaf, Abdul Mudjahid. “ Sejarah Agama-Agama” Jakarta : Raja Grafindo Persada 1994
http://id.wikipedia.org

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar